Disusun oleh
Desy wulandari
Miar Trianigsih
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2010
DEFINISI
DAN BERBAGAI KESESATAN DALAM LOGIKA
A. PENGERTIAN DEFINISI
Kata definisi berasal dari bhasa Latin Definitio . Kata
dasar Definitio adalah Finish yang
berarti batas . Definisi secara sederhana dengan demikian dapat diartikan
sebagai batasan atau pembatas yang bertugas menentukan batas sebuah konsep
(
pengertian ) secara tepat, jelas, dan singkat .
Definisi adalah pengetahuan yang kita butuhkan . dalam
kehidupan ilmiah maupun kehidupan sehari – hari banyak berurusan dengan
definisi . sebuah definisi yang baik sudah tentu harus mencerminkan rumusan
yang jelas, singkat, dan lengkap : mencakup semua unsur mengenai semua soal
yang hendak didefinisikan . Definisi pun bertugas membatasi suatu pengertian
yang jelas, singkat, dan padat naka definisi itu mau tak mau harus mampu
membedakan sebuah pengertian dari pengertian sebelumnya .
Dalam setiap definisi, ada dua hal yang harus kita
perhatikan, yakni tentang apa yang hendak didefinisikan ( definiendum )
dan uraian yang menjelaskan apa yang didefinisikan itu yang biasa disebut definien
. sebuah definiendum terdiri dari satu atau dua kata, sedangkan definiens
terdiri dari beberapa kata yang membentuk sebuah kalimat .
Contoh : Segitiga adalah tiga buah garis lurus yang
membentuk sebuah bidang datar dan tiga buah sudut . Segitiga disini adalah definiendum,
dan tiga buah garis lurus yang membentuk sebuah bidang datar dan tiga buah
sudut adalah definiensnya .
Definisinya pada dasarnya bertujuan menjelaskan pengertia
secara jelas, tepat dan lengkap . Ada beberapa kata yang tidak dapat kita beri
definisi . Pertama adalah kata yang tidak dapat kita temukan generanya,
maksudnya tidak bias kita masukkan ke dalam kelompok nama umum apa . Kedua
adalah kata yang tidak dapat ditemukan differentiannya . Kenyataan mental yang
sederhana seperti : marah, benci, senang, kesal, senang dan sebagainya, tidak
mungkin kita beri definisi, demikian pula penangkapan indera atas obyek yang
sedehana seperti kuning, hijua, halus, kasar, wangi dan sebagainya .
Mendefinisi adalah menyebut sekelompok kerakteristik suatu
kata sehingga kita dapat mengetahui pengertiannya serta dapat membedakan kata
lain yang menujuk objek yang lain pula . karakteristik itu tidak lain adalah
genera( jenis ) dan differentia ( sifat pembeda ) . Jadi mendefinisi suatu kata
adalah menganalisis jenis dan sifat pembeda yang dikandungnya .
Term khusus dan nama unik juga term yang prkatis tidak bias
diberi definisi, karena memiliki sifat kesendirian, yang tidak terbatas,
sehingga tidak mudah ditemukan sifat pembedanya .
B. TUJUAN MEMBUAT DEFINISI
Ada lima tujuan yang ingin dicapai oleh seseorang dalam
membuat definisi .
Pertama,
tujuan untuk meningkatkan kosa kata . Untuk kepentingan ini maka definisi
dirasa penting kegunaanna untuk menyelami arti pengertian kata – kata itu .
Dari sini jelaslah bahwa membuat definisi untuk kata – kata tersebut memerlukan
penguasaan kosa kata yang sempurna agar apa yang disefinisikan itu menjadi
jelas, singkat, dan lengkap .
Kedua, definisi dimaksudkan untuk menghilangkan ambiguitas . Untuk
memperjelas arti dari beberapa kata yang sama namun ternyata memiliki arti yang
berbeda .
Ketiga, definisi dimaksudnkan untuk memperjelas arti . Kita
hendaknya jangan dikacaukan oleh perbedaan ketidakjelasan dan ambigiutas .
Ketidakjelasan dan ambiguitas merupakan dua hal yang berbeda . Sebuah kata
dianggap ambigu dalam sebuah konteks tertentu, bila ia memiliki dua arti yang
berbeda dan konteks itu tidak dapat membedakan secara jelas arti mana yang
dimaksud . Sebaliknya, sebuah kata dianggap tidak jelas bila di dalamnya
terkandung garis pembatas yang menyulitkan penentuan apakah kata itu dapat
digunakan atau tidak .
Keempat, definisi dimaksudkan untuk memberikan penjelasan secara
teoritis . Definisi dapat membuat rumusan yang tepat secara teoritis atau secara
ilmiah, untuk menetukan sifat – sifta obyek yang dipelajarinya .
Kelima, definisi dimaksudkan untuk memengaruhi sikap orang
lain . Dalam kehidupan sehari – hari definisi dimaksudkan untuk mempengaruhi
sikap orang lain, ini banyak kita jumpai dalam berbagai bentuk kegiatan .
C. JENIS – JENIS DEFINISI
Secara garis besar definisi dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yakni definisi nominal dan definisi real ( Ihromi, 1987 ) . Definisi
nominal merupakan definisi yang dirumuskan menurut katanya, dan berusaha
menjelaskan definiendum dengan cara menguraikan menurut katanya . Ia
kurang akurat dibandingkan dengan definisi real yang biasanya digunakan secara
ilmiah .Definisi nominal terdiri dari beberapa jenis . Ia bisa berjenis
stipulatif, etimologis, lesikal, dan sinonim .
Definisi stipulatif .
Definisi ini digunakan bila kita bermaksud memperkenalkan sebuah kata atau term
baru yang sebelumnya tidak diketahui . Semua definisi stipulatif tidak selalu
mencerminkan persamaan pengertian antara definiendum dan definiensnya
. Oleh karena itu, tidak mungkin kita menyatakan bahwa definisi stipiulatif
bersifat benar atau salah .
Contoh : kata atau term “ sarjana ” dalam masyarakat
Jawa kuno diartikan seseorang yang memiliki keahlian yang luar biasa . Padahal
kata itu tidak demikian halnya . Sarjana sekaranga diartikan sebagai seseorang
yang telah menyelesaikan salah satu jenjang pendidikan di perguiruan tinggi,
tanpa mempersoalkan lagi apakah benar orang itu memiliki keahlian yang luar
biasa atau tidak . Ia dengan kata lain tetap seorang sarjana .
Definisi etimologis .
Ialah definisi yang berusaha menjelaskan definiendum dengan cara
menelusuri asal usul katanya . Pengertian “ lokomotif ” misalnya bisa
didefinisikan dari kata “ movere ” yang berarti yang menggerakkan atau
didefinisikan sebagai suatu benda yang dapat bergerak dari suatu tempat ke
tempat lain .
Definisi lesikal . Yaitu definisi yang beruaha menjelaskan definiendum
dengan cara mengacu pada kamus tertentu . Jadi, definisi lesikal ini tidak
dimaksudkan untuk mendefinisikan sebuah kata atau term baru yang belum dikenal
melainkan sekedar untuk melaporkan arti dari kata atau term baru tersebut
sebagaimana telah dijelaskan dalam kamus . Definisi lesikal ini belum cukup
untuk memberikan penjelasan yang bersifat ilmiah .
Definisi yang bersifat
sinonim . Dalam definisi yang menggunakan
sinonim ini, definiendum berusaha dijelaskan dengan menggunakan sinonim
atau paduan kata yang sesuai . Mengingat keterbatasan kosa kata seseorang, maka
perlu kiranya dalam sebuah uraian kita memberikan sinonim bagi kata –
kata yang tampaknya kurang dikenal secara umum .
Contoh : bila kita menggunakan kata “ prediksi ” sebagai
salah satu kata yang tidak lazim digunakan dalam bahasa Indonesia, sebaiknya
kita cantumkan sinonimnya, yaitu “ ramalan ” atau “ perkiraan ” .
Setelah kita ketahui berbagai
definisi nominal di atas, dapat disimpulkan bahwa definisi nominal memang cukup
banyak membantu tetapi bantuan tersebut masih bersifat sementara, dan tidak
bersifat ilmiah . Oleh karena itu, masih perlu untuk menyusun definisi lain
yang bias mengungkakan unsur hakiki tersebut, yakni definisi real .
Definisi real dianggap mampu
mengeungkapkan hal atau benda yang didefinisikan sevara nyata . Dalam definisi
real disajikan unsur – unsur atau ciri – ciri realitas yang didefinisikan
secara hakiki . Dalam membuat definisi real selalu melalui dua langkah . Pertama,
menyatakan ciri atau unsur yang merupakan realitas tertentu dengan realitas
lainnya dalam jenis terdekat . Kedua, menyatakan unsur atau ciri yang
membedakan realitas tertentu dengan realitas lainnya . Dalam definisi real
terdapat beberapa definisi, yaitu definisi hakiki, definisi diskriptif,
definisi yang menunjukkan ( tujuan ) dan definisi yang menjelaskan sebab
musabab ( Ihromi, 1987 ) .
Definisi Hakiki dan Definisi
Esensial . Bermaksud menunjukkan esensi
realitas yang didefinisikannya . Esensi sebuah realitas merupakan pengertian
yang abstrak sifatnya, yang didalamnya terkandung unsur – unsur pokok yang
sangat diperlukan untuk memahami golongan atau spesies yang lainnya . Definisi
hakiki ini tersusun dari jenis yang terdekat ( genus proximum ) dan
perbedaan sepesifik ( diferentia specipice ) . Yang dimaksud dengan
genus adalah setiap pengertian yang menyatakan hanya sebagian dari keseluruhan
hakikat realitas . Artinya, pengertian tersebut belum menyatakan hakikat
realitas secara utuh .
Contoh : “ binatang ” bertulang belakang merupakan sebagian
hakikat kera . Adapun yang dimaksud dengan spesies ( golongan ) adalah setiap
pengertian yang dapat dikenakan kepada bawahan genus, sedangkan perbedaan
spesifik adalah sebuah pengertian yang berfungsi membedakan golongan (
spesies ) dari jenis ( genus ) . Definisi hakiki atau definsi
esensial itu menjelaskan definiendum secara jelas .
Definisi deskriptif . Definisi ini berusaha menggambarkan sifat – sifat yang
melekat pada realitas yang didefinisikan . Misalnya, “ bunga bangkai ”
didefinisikan sebagi bunga yang mengeluarkan bau yang kurang sedap, berukuran
garis tengah antara sekian sentimeter sampai sekian sentimeter, tumbuh di hutan
yang berketinggian sekian meter dari pemukaan laut .
Definisi maksud ( tujuan ) . Definisi ini di buat dengan sasaran agar dapat dipakai
untuk menjelaskan mengapa sebuah benda atau realitas diciptakan .
Misalnya:
“ computer ” didefinisikan sebagai alat yang dipakai untuk menympan,
menglah, dan memproses data . Jadi, benda yang bernama computer merupakan benda
yang diciptakan dengan maksud dan tujuan tertentu .
Definisi Sebab Musabab . Definisi ini sebenarnya sama dengan definisi maksud atau
tujuan . Dalam definisi sebab musaba ( terjadi sebuah realitas ) ditentukan apa
atau faktor – faktor apa yang menjadi penyebab penunjang, serta mengapa
realitas tersebut terjadi .
Contoh : seorang ahli ekonomi ingin menjelaskan secara
sedehana kepada masyarakat yang berpendidikan rendah tentang apa yang dimaksud
dengan “ inflasi ”. Sudah tentu ia tidak mungkin memberikan definisi inflasi
berdasarkan ilmu ekonomi yang canggih . Oleh karena itu, ia mendefinisikan
inflasi dengan terlebih dahulu menelusuri faktor – faktor utama yang
menyebabkan terjadinya inflasi itu disertai dengan faktor – faktor penunjang
belangsungnya inflasi tersebut .
D. TEKNIK MEMBUAT DEFINISI
Secara umum ada dua teknik mendefinisikan sebuah term,
istilah atau konsep . Teknik pertama, teknik yang menekankan pada denptasi atau
keluasan term yang didefinisikan, dan yang kedua yaitu teknik yang menekankan
pada konotasi atau ke dalaman yang didefinisikan
Teknik mendefinisikan secara denotative dapat dengan mudah
dilakukan dengan cara memberi contoh pada objek yang didefinisikan .
Teknik mendefinisikan dengan cara memberi contoh
disebut pula definisi demonstratif .
Teknik mendefinisikan dengan cara konottif yang juga disebut
definisi analitik atau definisi pergenus et diferensie, dianggap sebagai
definisi yang paling penting dibandingkan dengan teknik definisi yang bersifat
konotatif .
Pada dasarnya definisi
konotatif di atas berusaha mendefinisikan sebuah objek dengan cara menentukan
genusnya terlebih dahulu, kemudian mencari perbedaan yang terdapat di antara
spesies yang menjadi anggota genus itu .
Contoh klasik dikemukakan Aristoteles yang
mengklasifikasikan manusia berada di bawah genus binatang, lalu ia berusaha
menentukan apa dan di mana letak perbedaan antara manusia dengan binatang
lainnya .
Definisi konotatif itu hanya
mungkin dipakai untuk mendefinisikan objek yang menujukkan ciri – ciri yang
kompleks . Selain itu, definsi konotatif sulit pula digunakan untuk
mendefinisikan term yang enggambarkan siat universal . Misalnya : ada,
intensitas, keberadaan, dan sebagainya .
E. PATOKAN MEMBUAT DEFINISI
Agar membuat definisi terhindar dari kekeliruan perlu kita
perhatikan petokan berikut :
a. Definisi tidak boleh lebih
luas atau lebih sempit dari konotasi kaya yang didefinisikan .
Definisi yang terlalu luas misalnya :
·
Merpati adalah burung yang dapat
terbang cepat .
( Banyak burung yang dapat terbang cepat bukan merpati ) .
Definisi
yang terlalu sempit misalnya :
·
Kursi adalah tempat duduk yang
dibuat dari kayu bersandara, dan berkaki .
( Banyak juga kursi yang dibuat dari kayu ) .
b. Definisi tidak boleh
menggunakan kata yang didefinisikan .
Definisi yang melanggar patokan ini disebut definisi
sirkuler, berputar atau tautologi, atau tahsilulhasil seperti :
·
Wajib adalah perbuatan yang harus dikerjakan oleh setiap orang .
·
Bila kita mendefinisikan “Ilmu Biologi”
adalah Ilmu yang mempelajari tentang Biologi, maka definisinya tidak akan
bermanfaat untuk orang yang sama sekali tidak mengetahui apa itu biologi.
c. Definisi tidak boleh
memakai penjelasan yang justru membingungkan .
Definisi ini disebut definisi obscurum per obscurius
artinya menjelaskan sesuatu dengan keterangan yang justru lebih tidak jelas .
Definisi ini menggunakan bahasa plastik seperti :
·
Sejarah adal samudera pengalaman
yang selalu bergelombang tiada putus – putusnya .
d. Definisi tidak boleh
menggunakan bentuk negatif :
·
Benar adalah sesuatu yang tidak
salah .
Hanya keadaan yang tidak mungkin dihindari bentuk negatif
diperbolehkan, seperti :
·
Orang buta adalah orang yang indera
penglihatannya tidak berfungsi .
e. Definisi
harus dapat dibolak-balikan dengan definiendumnya
Luas
definiendum harus sama dengan luas definiensnya.
·
Persegi adalah bidang datar, yang dibatasi
oleh empat garis lurus yang sama panjang.
Dapat dibalik menjadi,
·
Bidang dater yang dibatasi oleh empat garis
lurus yang sama panjang adalah persegi.
F. KESESATAN DALAM LOGIKA
Kesesatan seringkali dijumpai dalam penalaran.
Dalam logika tradisional dapat dibedakan menjadi dua yaitu kesesatan formal dan
kesesatan informal.
a. Kesesatan Formal
·
Kesesatan karena four term (empat artian).
Dalam suatu penalaran pokok sebutan (categorical
silogisme) hanya boleh dipakai tiga artian, yaitu pokok, sebutan, dan artian
tengah yang menjebatani pokok dan sebutan yang kemudian menjadi kesimpulan.
Contoh: Semua
buku mempunyai halaman
Rumah
Andi mempunyai halaman
·
Jadi, Rumah Andi adalah sebuah buku
·
Kesesatan karena undristibuted middle terms
(term tengah yang tidak berdistribusi).
Bentuk sesat pikir yang terjadi dalam susunan
pikir berupa artian tengah yang tak tertunjuk semua dalam pangkal pikir
sehingga artian tengah itu sesungguhnya tidak dapat menghubungkan pokok dengan
sebutan yang dinyatakan dalam kesimpulannya.
Contoh: Guru
adalah pahlawan tanpa tanda jasa
Rendi
adalah penyanyi
·
Jadi, Rendi adalah pahlawan tanpa tanda jasa
·
Kesesatan
karena premis-premis yang mengiyakan dan kesimpulan yang mengingkari.
Terjadi karena melanggar pembentukan
silogisme yang menyatakan dari pangkal pikir-pangkal pikir yang mengiyakan
hanyalah dapat diturunkan suatu kesimpulan yang mengiyakan pula.
Contoh: Semua
filsuf adalah orang pintar
Semua
ahli kimia adalah filsuf
·
Jadi, semua ahli kimia adalah orang pintar
·
Kesesatan karena premis negative dan
kesimpulan yang mengiyakan.
Sesat pikir yang melanggar ketentuan yang
menyatakan bahwa jika salah satu premis bersifat negative maka kesimpuannya
harus negative.
Contoh: Semua
filsuf adalah ahli logika
Semua
ahli kimia adalah bukan filsuf
·
Jadi , Semua ahli kimia adalah ahli logika
·
Kesesatan karena dua premis yang mengingkari.
Sesat pikir yang melanggar dua premis yang
mengingkari tidak dapat ditarik kesimpulannya yang sah.
b. Kesesatan Informal
·
Kesesatan karena aksen atau tekanan.
Contoh: Hari
senin ade mengikuti apel
Apel
itu buah
o
Jadi, Hari senin ade mengikuti buah
·
Kesesatan yang disebabkan term ekuivok.
Contoh: Baik
adalah sifat terpuji
Nani
adalah anak yang nakal
o
Jadi, Nani adalah sifat terpuji
·
Kesesatan yang disebabkan oleh arti kiasan .
Apabila dalam sebuah penalaran arti kiasan
disamakan dengan arti yang sebenarnya, maka akan timbul kesesatan.
Contoh: Semua
bangsawan berdarah biru
Pangeran
Inggris bukan berdarah biru (merah)
o
Jadi, Pangeran Inggris bukanlah bangsawan.
·
Kesesatan yang diakibatkan ampiboli.
Contoh: kesesatan
yang dilakukan tukang ramal yang pernyataannya bersifat umum dan
bercabang-cabang supaya tidak dianggap meleset ramalannya.
c. Kesesatan karena Relevansil
·
Kesesatan argumentum ad hominem.
Apabila kita berusaha agar orang menerima
atau menolak suatu usul, tidak berdasarkan penalaran, tetapi karena alasan yang
berhubungan dengan kepentingan orang tersebut.
·
Kesesatan argument ad verucundiam atau
argumentum autoritatis.
Kesesatan yang disebabkan orang menerima atau
menolak berdasarkan orang yangn mengungkapkan dianggap berwibawa.
·
Kesesatan argumentum ad baculum
Kesesatan yang timbul karena penerimaan atau
penolakan penalaran didasarkan adanya ancaman.
·
Kesesatan karena ignoratio elenchi
Karena konklusi yang diturunkan dari premis
Nampak jelas tidak relevan dengan premis itu.
·
Kesesatan yang disebabkan oleh pertanyaan
yang kompleks
Kesesatan yang bersumber pada pernyataan yang
bukan merupakan pernyataan yang tunggal.
·
Kesesatan karena argumentum ad ignoratiam
Disebabkan adanya kebenaran penyimpulan suatu
konklusi bahwa negasinya tidak terbukti salah.
·
Kesesatan tu squitur
Disebabkan tidak adanya hubungan yang logis
dalam suatu penalaran.
·
Kesesatan tu quoque
Kesesatan yang muncul bila seseorang yang mendapat
kecaman dari pihak lawan, membela diri dengan mengecam kembali pihak lawan.
tulisannya kebanyakan typonya jadi ga ngerti
BalasHapus