1)
Apa hubungan filsafat dengan logika?
.logika merupakan cabang filsafat yang
membahas lurus tidaknya penalaran manusia
. Logika adalah sebuah cabang filsafat yang
praktis. Praktis disini berarti logika dapat dipraktekkan dalam kehidupan
sehari-hari.
2)
Apa itu logika dan manfaat logika???
.Logika adalah : Ilmu atau kecakapan dalam
menalar atau berfikir atau merumuskan aturan-aturan secara tepat. logika (ilmu
pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan
teratur[1].
.Manfaat logika:
1.
Membantu setiap orang yang
mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap,
tertib, metodis dan koheren.
2.
Meningkatkan kemampuan berpikir
secara abstrak, cermat, dan objektif.
3.
Menambah kecerdasan dan meningkatkan
kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.
4.
Memaksa dan mendorong orang untuk
berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis
5.
Meningkatkan cinta akan kebenaran
dan menghindari kesalahan-kesalahan berpkir, kekeliruan serta kesesatan.
6.
Mampu melakukan analisis terhadap
suatu kejadian.
7.
Terhindar dari klenik , gugon-tuhon
( bahasa Jawa )
8.
Apabila sudah mampu berpikir
rasional,kritis ,lurus,metodis dan analitis sebagaimana tersebut pada butir
pertama maka akan meningkatkan citra diri seseorang.
3)
Hubungan logika dengan bahasa?
. Bahasa sangat penting juga dalam
pembentukan penalaran ilmiah karena penalaran ilmiah mempelajari bagaimana
caranya mengadakan uraian yang tepat dan sesuai dengan pembuktian-pembuktian
secara benar dan jelas.
. Hubungan Bahasa dan Logika
Dapat
dijelaskan bahwa hasil yang diperoleh dari mempergunakan suatu teknik (logika),
akan tergantung dari baik-buruknya alat bahasa yang digunakan.
Penggunaan
bahasa sebagai alat logika harus memperhatikan perbedaan antara bahasa sebagai
alat logika dan bahasa sebagai alat kesusasteraan. Kita ambil contoh dari
pernyataan “Lukisan itu tidak jelek”, maka yang saya maksud lukisan itu belum
dapat dikatakan indah, atau saya bermaksud lukisan itu belum dapat dikatakan
indah, namun saya tidak berani untuk mengatakan bahwa lukisan itu jelek. Logika
hanya dapat memperhitungkan penilaian-penilaian yang isinya dirumuskan secara
seksama, tanpa suatu nilai perasaan.
Penggunaan
bahasa sebagai alat dari logika masih memiliki kekurangan. Contohnya puisi yang
diubah ke dalam bentuk prosa. Puisi tadi akan kehilangan nilai puisi-nya,
pikiran yang tadi muncul didalam puisi dengan indahnya tidak lagi menghantarkan
maknanya kepada si pembaca. Hakekat kesusastraan berada di atas hubungan dan
batas-batas logika, bahkan keindahana dalam puisi bertentangan syarat-syarat
logika.
Begitu pula
terjadi didalam peribahasa, perumpamaan-perumpamaan yang timbul dalam kehidupan
sehari-hari mungkin dapat dimengerti seperti “bintang lapangan”, “kupu-kupu
malam”. Syarat-syarat logika dalam pembentukan peribahasa diabaikan didalam
susunan kata –katanya dan isinya.
Bahasa
sebagai alat logika memiliki kekurangan–kekurangan, karena sebagaian besar
bahasa berkembang dan dipengaruhi oleh proses berpikir secara pre-logis (tidak
logis) seperti simbolisme didalam mitologi.
Jadi,bahasa
memiliki dua fungsi yang dilihat dari segi perkembangannya. Bahasa lebih mudah
digunakan pada kesusastraan daripada sebagai alat pemikiran ilmiah umumnya
khususnya pada logika.
13) jelaskan
secara ringkas sejarah logika dan kesimpulan yang dapat diambil?
Logika pertama-tama disusun oleh Aristoteles
(384-322 SM), sebagai sebuah ilmu tentang hukum-hukum berpikir guna memelihara
jalan pikiran dari setiap kekeliruan. Logika sebagai ilmu baru pada waktu itu,
disebut dengan nama “analitika” dan “dialektika”. Kumpulan karya tulis
Aristoteles mengenai logika diberi nama Organon, terdiri atas enam bagian.
Theoprastus (371-287 sM), memberi sumbangan
terbesar dalam logika ialah penafsirannya tentang pengertian yang mungkin dan
juga tentang sebuah sifat asasi dari setiap kesimpulan. Kemudian, Porphyrius
(233-306 M), seorang ahli pikir di Iskandariah menambahkan satu bagian baru
dalam pelajaran logika. Bagian baru ini disebut Eisagoge, yakni sebagai
pengantar Categorie. Dalam bagian baru ini dibahas lingkungan-lingkungan zat
dan lingkungan-lingkungan sifat di dalam alam, yang biasa disebut dengan
klasifikasi. Dengan demikian, logika menjadi tujuh bagian.
Tokoh logika pada zaman Islam adalah Al-Farabi
(873-950 M) yang terkenal mahir dalam bahasa Grik Tua, menyalin seluruh karya
tulis Aristoteles dalam berbagai bidang ilmu dan karya tulis ahli-ahli pikir
Grik lainnya. Al-Farabi menyalin dan memberi komentar atas tujuh bagian logika
dan menambahkan satu bagian baru sehingga menjadi delapan bagian.
Karya Aristoteles tentang logika dalam buku
Organon dikenal di dunia Barat selengkapnya ialah sesudah berlangsung
penyalinan-penyalinan yang sangat luas dari sekian banyak ahli pikir Islam ke
dalam bahasa Latin. Penyalinan-penyalinan yang luas itu membukakan masa dunia
Barat kembali akan alam pikiran Grik Tua.
Petrus Hispanus (meninggal 1277 M) menyusun
pelajaran logika berbentuk sajak, seperti All-Akhdari dalam dunia Islam, dan
bukunya itu menjadi buku dasar bagi pelajaran logika sampai abad ke-17. Petrus
Hispanus inilah yang mula-mula mempergunakan berbagai nama untuk sistem
penyimpulan yang sah dalam perkaitan bentuk silogisme kategorik dalam sebuah
sajak. Dan kumpulan sajak Petrus Hispanus mengenai logika ini bernama Summulae.
Francis Bacon (1561-1626 M) melancarkan serangan
sengketa terhadap logika dan menganjurkan penggunaan sistem induksi secara
lebih luas. Serangan Bacon terhadap logika ini memperoleh sambutan hangat dari
berbagai kalangan di Barat, kemudian perhatian lebih ditujukan kepada
penggunaan sistem induksi.
Pembaruan logika di Barat berikutnya disusul
oleh lain-lain penulis di antaranya adalah Gottfried Wilhem von Leibniz. Ia
menganjurkan penggantian pernyataan-pernyataan dengan simbol-simbol agar lebih
umum sifatnya dan lebih mudah melakukan analisis. Demikian juga Leonard Euler,
seorang ahli matematika dan logika Swiss melakukan pembahasan tentang term-term
dengan menggunakan lingkaran-lingkaran untuk melukiskan hubungan antarterm yang
terkenal dengan sebutan circle-Euler.
John Stuart Mill pada tahun 1843 mempertemukan
sistem induksi dengan sistem deduksi. Setiap pangkal-pikir besar di dalam
deduksi memerlukan induksi dan sebaliknya induksi memerlukan deduksi bagi
penyusunan pikiran mengenai hasil-hasil eksperimen dan penyelidikan. Jadi,
kedua-duanya bukan merupakan bagian-bagian yang saling terpisah, tetapi
sebetulnya saling membantu. Mill sendiri merumuskan metode-metode bagi sistem
induksi, terkenal dengan sebutan Four Methods.
Logika Formal sesudah masa Mill lahirlah sekian
banyak buku-buku baru dan ulasan-ulasan baru tentang logika. Dan sejak
pertengahan abad ke-19 mulai lahir satu cabang baru yang disebut dengan
Logika-Simbolik. Pelopor logika simbolik pada dasarnya sudah dimulai oleh
Leibniz.
Logika simbolik pertama dikembangkan oleh George
Boole dan Augustus de Morgan. Boole secara sistematik dengan memakai
simbol-simbol yang cukup luas dan metode analisis menurut matematika, dan
Augustus De Morgan (1806-1871) merupakan seorang ahli matematika Inggris
memberikan sumbangan besar kepada logika simbolik dengan pemikirannya tentang
relasi dan negasi.
Tokoh logika simbolik yang lain ialah John Venn
(1834-1923), ia berusaha menyempurnakan analisis logik dari Boole dengan
merancang diagram lingkaran-lingkaran yang kini terkenal sebagai diagram Venn
(Venn’s diagram) untuk menggambarkan hubungan-hubungan dan memeriksa sahnya
penyimpulan dari silogisme. Untuk melukiskan hubungan merangkum atau
menyisihkan di antara subjek dan predikat yang masing-masing dianggap sebagai
himpunan.
Perkembangan logika simbolik mencapai puncaknya
pada awal abad ke-20 dengan terbitnya 3 jilid karya tulis dua filsuf besar dari
Inggris Alfred North Whitehead dan Bertrand Arthur William Russell berjudul
Principia Mathematica (1910-1913) dengan jumlah 1992 halaman. Karya tulis
Russell-Whitehead Principia Mathematica memberikan dorongan yang besar bagi
pertumbuhan logika simbolik.
. Sejarah Logika
Logika dimulai sejak Thales (624 SM - 548
SM), filsuf
Yunani pertama yang meninggalkan segala
dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada akal
budi untuk memecahkan rahasia alam semesta.
Thales mengatakan bahwa air adalah
arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama alam semesta. Saat itu
Thales telah mengenalkan logika
induktif.
Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian
disebut logica scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik
kesimpulan bahwa air adalah arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air
adalah jiwa segala sesuatu.
Dalam logika Thales, air adalah
arkhe alam semesta, yang menurut Aristoteles disimpulkan dari:
- Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati)
- Air adalah jiwa hewan dan jiwa manusia
- Air jugalah uap
- Air jugalah es
Jadi, air adalah jiwa dari segala
sesuatu, yang berarti, air adalah arkhe alam semesta.
Sejak saat Thales sang filsuf
mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai dikembangkan. Kaum Sofis beserta
Plato (427 SM-347 SM) juga
telah merintis dan memberikan saran-saran dalam bidang ini.
Pada masa Aristoteles logika masih
disebut dengan analitica , yang secara khusus meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar, dan dialektika yang secara khusus
meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan
kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme.
Buku Aristoteles to Oraganon
(alat) berjumlah enam, yaitu:
- Categoriae menguraikan pengertian-pengertian
- De interpretatione tentang keputusan-keputusan
- Analytica Posteriora tentang pembuktian.
- Analytica Priora tentang Silogisme.
- Topica tentang argumentasi dan metode berdebat.
- De sohisticis elenchis tentang kesesatan dan kekeliruan berpikir.
Pada 370 SM - 288 SM Theophrastus,
murid Aristoteles yang menjadi pemimpin Lyceum, melanjutkan pengembangn logika.
Istilah logika untuk pertama kalinya
dikenalkan oleh Zeno dari Citium 334 SM - 226 SM pelopor Kaum Stoa.
Sistematisasi logika terjadi pada masa Galenus (130
M - 201
M) dan Sextus Empiricus 200
M, dua orang dokter medis yang
mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri.
Porohyus (232 - 305) membuat suatu pengantar (eisagoge) pada Categoriae,
salah satu buku Aristoteles.
Boethius (480-524) menerjemahkan Eisagoge Porphyrius ke dalam bahasa
Latin dan menambahkan komentar- komentarnya.
Pada abad 9 hingga abad 15,
buku-buku Aristoteles seperti De Interpretatione, Eisagoge oleh
Porphyus dan karya Boethius masih digunakan.
- Petrus Hispanus (1210 - 1278)
- Roger Bacon (1214-1292)
- Raymundus Lullus (1232 -1315) yang menemukan metode logika baru yang dinamakan Ars Magna, yang merupakan semacam aljabar pengertian.
- William Ocham (1295 - 1349)
Pengembangan dan penggunaan logika
Aristoteles secara murni diteruskan oleh Thomas Hobbes (1588 - 1679) dengan karyanya Leviatan dan John Locke (1632-1704) dalam An Essay Concerning Human Understanding
Francis Bacon (1561 - 1626) mengembangkan logika induktif yang diperkenalkan dalam
bukunya Novum Organum Scientiarum.
J.S. Mills (1806 - 1873) melanjutkan logika yang menekankan pada pemikiran induksi
dalam bukunya System of Logic
Lalu logika diperkaya dengan
hadirnya pelopor-pelopor logika simbolik seperti:
- Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) menyusun logika aljabar berdasarkan Ars Magna dari Raymundus Lullus. Logika ini bertujuan menyederhanakan pekerjaan akal budi dan lebih mempertajam kepastian.
- George Boole (1815-1864)
- John Venn (1834-1923)
- Gottlob Frege (1848 - 1925)
Lalu Chares
Sanders Peirce (1839-1914), seorang filsuf Amerika Serikat yang pernah mengajar di John Hopkins University,melengkapi
logika simbolik dengan karya-karya tulisnya. Ia memperkenalkan dalil Peirce (Peirce's
Law) yang menafsirkan logika selaku teori umum mengenai tanda (general
theory of signs)
Puncak kejayaan logika simbolik
terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia Mathematica tiga jilid
yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead (1861 - 1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872 - 1970).
Logika simbolik lalu diteruskan oleh
Ludwig Wittgenstein (1889-1951), Rudolf Carnap (1891-1970), Kurt Godel (1906-1978), dan lain-lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar