Tugas-Tugasku..

Jumat, 15 November 2024

Modul 1 Topik 2 A1-4

 

16 Nov. 24

Topik ini akan memanfaatkan pengetahuan yang Anda peroleh tentang UDL dari Topik 1, mengembangkannya, dan dengan demikian memungkinkan Anda untuk merencanakan dan memprogram menggunakan kerangka kerja UDL dan prinsip-prinsipnya.  

Kita akan mendalami tiga prinsip UDL dan panduannya. Setiap aktivitas akan berfokus pada satu prinsip dan akan melihat lebih dekat pada pedoman dalam tiga prinsip tersebut. Anda juga akan belajar untuk memilih strategi dan sumber daya mana yang akan meningkatkan keterlibatan, representasi, dan tindakan serta ekspresi untuk peserta didik Anda yang beragam. Anda akan diberikan studi kasus untuk setiap prinsipnya dan Anda akan mengkritisi studi kasus ini dengan mengidentifikasi praktik-praktik yang memfasilitasi lingkungan dan interaksi yang inklusif. 

Berikut ini adalah graphic organizer UDL untuk mengasah ingatan Anda:

CAST (2024)

 

Sebelum kita mulai, ada sebuah catatan tentang desain fisik lingkungan pembelajaran inklusif. Penelitian selama 20 tahun terakhir menunjukkan bahwa desain ruang kelas mempengaruhi pembelajaran peserta didik (Blackmore dkk. 2011; Mulcahy dkk., 2015; Charteris & Smardon, 2019). Sebuah penelitian (Barrett et al. 2015), menemukan bahwa perbedaan desain ruang kelas menunjukkan 16% perbedaan kemajuan belajar dalam setahun. Ketika merancang ruang kelas atau lingkungan belajar, pertimbangkan aspek-aspek berikut ini: cahaya, suara, warna, ketentuan ruang, dan jarak pandang (Page et al., 2023). Anda akan mempelajari lebih lanjut mengenai hal ini di Modul 3.

 

Prinsip UDL yaitu merancang berbagai sarana keterlibatan, memiliki 3 pedoman untuk membantu kita mendukung peserta didik agar memiliki tujuan dan motivasi:

Pedoman 7 - Merancang pilihan untuk Menghargai Minat dan Identitas

  • Mengoptimalkan pilihan dan kemandirian 
  • Mengoptimalkan relevansi, nilai, dan keaslian
  • Menumbuhkan kegembiraan dan keceriaan
  • Mengatasi bias, ancaman dan gangguan

 Pedoman 8 - Merancang pilihan untuk Usaha dan Ketekunan yang Berkelanjutan

  • Meningkatkan penonjolan tujuan dan sasaran
  • Mengoptimalkan tantangan dan dukungan
  • Membina kolaborasi, saling bekerja sama dan pembelajaran kolektif
  • Memupuk rasa memiliki dan kebersamaan
  • Memberikan umpan balik yang berorientasi pada tindakan

Pedoman 9 - Merancang pilihan untuk Kapasitas Emosional

  • Mengenali harapan, keyakinan dan motivasi
  • Mengembangkan kesadaran diri dan orang lain
  • Mengenalkan refleksi individu dan kolektif
  • Menanamkan empati dan praktek pemulihan

 

Untuk mendorong keterlibatan dalam pembelajaran, penting untuk mengenali dan menghargai minat serta identitas unik setiap peserta didik, termasuk aspek-aspek seperti ras, budaya, gender, bahasa, dan disabilitas. Mengakui berbagai hal yang dapat menarik minat dan melibatkan peserta didik serta menciptakan lingkungan yang menghormati martabat mereka sangatlah penting. 

Bahkan dalam diri peserta didik yang sama, minat dan kaitannya dengan identitas mereka dapat berubah seiring waktu, saat mereka tumbuh dan memperoleh pengetahuan baru. Membangun lingkungan belajar yang merangkul identitas penuh setiap peserta didik sangat penting untuk memastikan mereka dapat sepenuhnya terlibat dalam proses pembelajaran (CAST, 2024)

 

Belajar adalah proses berkelanjutan yang sering kali menuntut upaya dan tekad. Peserta didik mempunyai cara yang berbeda-beda agar tetap termotivasi untuk mengatasi tantangan, dan ini dapat bervariasi berdasarkan konteks (CAST, 2024). 

Untuk membantu usaha dan ketekunan yang berkelanjutan, diperlukan strategi belajar efektif yang meliputi penetapan tujuan yang bermakna, memberikan dukungan untuk tugas yang menantang, mendorong kolaborasi dan rasa memiliki, serta menawarkan umpan balik yang berkelanjutan dan dapat ditindaklanjuti. Faktor-faktor eksternal dalam lingkungan belajar ini membantu peserta didik dan kelompok tetap terhubung dan termotivasi untuk mencapai tujuan mereka (CAST, 2024)

 

Bagian penting dari perkembangan manusia adalah belajar mengenali emosi, mengelola pikiran dan perilaku, serta berempati dengan orang lain. Emosi merupakan bagian integral dari pengalaman manusia dan tidak menghalangi pemikiran rasional. Lingkungan belajar yang efektif membantu peserta didik mengembangkan kemampuan untuk mengatur emosi mereka dan membuat pilihan yang mendukung pembelajaran mereka. Sementara beberapa orang secara alami mengembangkan keterampilan ini melalui pengalaman atau dengan mengamati orang lain, banyak yang mendapat manfaat dari dukungan langsung (CAST, 2024).

Sayangnya, beberapa lingkungan belajar tidak secara eksplisit mengajarkan keterampilan pengaturan emosi ini, sehingga tidak dapat diakses oleh banyak peserta didik. Pendidik yang berfokus pada pengembangan kapasitas emosional, dengan memodelkan dan menggunakan berbagai metode, lebih siap untuk menerapkan prinsip-prinsip UDL. Karena peserta didik sangat berbeda, agar pendekatan berhasil harus menawarkan berbagai pilihan untuk mendukung keberagaman ini. Penting bagi peserta didik untuk mengembangkan strategi pemecahan masalah, tetapi pembelajaran di kelas tidak boleh memaksa mereka untuk menghadapi kondisi yang tidak adil (CAST, 2024).

Tantangannya adalah merancang kelas yang mampu membangun kapasitas emosional sambil menghargai perbedaan antar peserta didik.

Sekarang setelah Anda memahami lebih banyak tentang memberikan pilihan untuk Menerima Minat dan Identitas, Melanjutkan Usaha dan Kegigihan, dan Kapasitas Emosi, terapkan pengetahuan baru Anda pada studi kasus ini. Ketika Anda membaca tentang Elang, pikirkan tentang bagaimana dia mampu atau tidak mampu:

  • Menghargai diri seutuhnya. 
  • Menghadapi tantangan dengan fokus dan tekad.
  • Memanfaatkan kekuatan emosi dan motivasi dalam belajar.

Prinsip UDL yaitu Menyediakan berbagai cara Representasi memiliki 3 panduan untuk membantu kita mendukung peserta didik agar menjadi pandai dan berpengetahuan luas:

  • Pedoman - Menyediakan opsi untuk Persepsi
    • Menawarkan cara untuk menyesuaikan tampilan informasi
    • Menawarkan alternatif untuk informasi auditori
    • Menawarkan alternatif untuk informasi visual
  •  Panduan - Menyediakan opsi untuk Bahasa & Simbol
    • Memperjelas kosakata dan simbol
    • Memperjelas sintaks dan struktur
    • Mendukung penguraian teks, notasi matematika, dan simbol
    • Mendorong pemahaman lintas bahasa
    • Mengilustrasikan melalui berbagai media
  • Pedoman - Menyediakan opsi untuk Pemahaman
    • Mengaktifkan atau menyediakan pengetahuan latar belakang
    • Menyoroti pola, fitur penting, ide besar, dan hubungan
    • Memandu pemrosesan dan visualisasi informasi
    • Memaksimalkan transfer dan generalisasi

Mari kita cermati setiap pedoman secara lebih dekat.

 

Modul 1 Topik 1 A1-4

 

14 NOVEMBER

Universal Design for Learning (UDL) adalah sebuah kerangka kerja pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran untuk semua peserta didik. Menariknya, konsep Universal Design pada awalnya berasal dari arsitektur.

Jika kita berpikir tentang bagaimana bangunan-bangunan dibangun secara tradisional, seperti yang ada di gambar ini, akses dirancang untuk orang-orang tanpa hambatan fisik dan kemudian peremajaan akomodasi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan individu dengan hambatan fisik seperti pengguna kursi roda atau orangtua dengan kereta bayi.

Gambar di bawah ini memberikan contoh di mana para perancang kota telah memikirkan berbagai pengguna lingkungan ini dan telah merancang aksesibilitas untuk mengakomodasi semua pengguna, termasuk orang-orang yang menggunakan kursi roda, pejalan kaki, orang tua dengan kereta bayi, dan orang tua yang kesulitan menaiki tangga.

House of Disabled People's Organisations di Kopenhagen, karya Cubo Arkitekter dianggap sebagai gedung perkantoran 'paling aksesibel di dunia yang menggunakan prinsip-prinsip Universal Design.

Cari tahu lebih lanjut dengan mengunjungi website ini: https://handicap.dk/about/the-worlds-most-accessible-house

Sekarang beralih ke penerapannya dalam dunia pendidikan…

Universal Design for Learning (UDL) adalah strategi proaktif yang mendesain lingkungan belajar sehingga ada banyak cara bagi peserta didik untuk berinteraksi, berkontribusi, dan belajar (CAST, 2024).

Secara khusus, teknologi diintegrasikan dan dijalin ke dalam kerangka kerja ini untuk mendukung kebutuhan pembelajaran yang beragam.

UDL memiliki tiga prinsip utama (CAST, 2024; InclusionEd, n.d.):

Prinsip 1: Design Multiple Means of Engagement (Merancang Berbagai Sarana Keterlibatan)

Keterlibatan adalah jaringan pembelajaran afektif atau emosional, yang melibatkan motivasi, usaha, ketekunan, dan regulasi diri peserta didik. Prinsip ini menekankan pentingnya merangsang minat dan motivasi untuk belajar dengan menyediakan berbagai cara untuk melibatkan peserta didik. Penggunaan berbagai teknologi bantuan berteknologi rendah dan berteknologi tinggi, jika memungkinkan, dapat membantu memaksimalkan keterlibatan peserta didik.

Menghargai Minat dan Identitas
Untuk menarik minat dan mendukung identitas peserta didik, pendidik dapat menawarkan pilihan yang sesuai dengan preferensi dan minat individu, serta menjadikan pembelajaran lebih relevan dan bernilai. Strategi ini termasuk menyediakan berbagai tingkat tantangan yang sesuai dengan keterampilan dan minat peserta didik yang berbeda-beda, serta menciptakan aktivitas yang relevan secara budaya dan kontekstual. Sebagai contoh, dalam pelajaran sains tentang kerajaan (kingdom) hewan, peserta didik bisa diberikan kebebasan untuk memilih hewan yang ingin mereka pelajari. Dalam pelajaran tentang reptil, misalnya, peserta didik dapat memilih untuk belajar tentang buaya, ular, kadal, atau kura-kura, tergantung pada minat mereka.
 

Usaha dan Ketekunan yang Berkelanjutan
Usaha dan ketekunan yang berkelanjutan dapat diwujudkan dengan menetapkan tujuan yang jelas, menyediakan tantangan yang sesuai, dan mendorong kolaborasi. Teknik-teknik yang efektif termasuk:

Membagi tugas-tugas ke dalam langkah-langkah yang lebih mudah dikerjakan

Memberikan umpan balik yang menekankan pada upaya dan peningkatan

Menerapkan strategi pembelajaran kooperatif untuk membangun dukungan komunitas dan antar peserta didik. Sebagai contoh, daripada meminta peserta didik bekerja secara individu, aktivitas pembelajaran kelompok dapat mendorong kolaborasi dan tanggung jawab bersama.

Membangun Kapasitas Emosional
Untuk membangun kapasitas emosional, pendidik perlu membantu peserta didik mengembangkan keterampilan untuk mengelola proses pembelajaran mereka sendiri. Hal Ini bisa dilakukan dengan menyediakan model, petunjuk, dan dukungan untuk mengelola frustasi, meminta bantuan ketika diperlukan, dan merefleksikan kemajuan masing-masing individu. Mendorong penilaian diri sendiri dan refleksi membantu peserta didik memantau keterlibatan mereka. Sebagai contoh, setelah menyelesaikan suatu tugas, peserta didik dapat merefleksikan proses pembelajaran mereka dengan menulis, menggambar, atau berbagi pemikiran mereka. Pertanyaan seperti "Apa yang kamu sukai dari tugas ini?", "Jika kamu bisa mengulang tugas ini, apa yang akan kamu ubah?", "Apa yang bisa kamu lakukan dengan lebih baik?", dan "Apa yang kamu pelajari dari tugas ini?" dapat membantu mereka dalam melakukan refleksi.

Beberapa strategi pengajaran yang disebutkan di atas akan dipresentasikan dalam Modul 3 dalam pelatihan ini.

Prinsip 2: Design Multiple Means of Representation (Merancang Berbagai Sarana Representasi)

Representasi mencakup pengenalan pembelajaran, yang berfokus pada bagaimana peserta didik mengumpulkan dan memproses informasi. Prinsip ini menekankan pentingnya menyajikan informasi dan konten dengan cara yang berbeda dengan memanfaatkan semua sarana teknologi yang tersedia untuk mengakomodasi beragam peserta didik.

1. Persepsi
Informasi harus dapat diakses melalui berbagai modalitas indera. Misalnya, menyediakan konten dalam format visual dan pendengaran dapat membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dengan salah satu moda. Sebagai contoh, hal ini dapat berupa menawarkan materi berbasis teks beserta deskripsi audio atau menggunakan teks untuk konten video.

2. Bahasa dan Simbol
Memperjelas dan menyederhanakan bahasa dan simbol membantu memastikan semua peserta didik memahami materi. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan simbol, grafik, dan multimedia untuk menyajikan informasi, serta menawarkan glosarium dan alat bantu yang dapat menerjemahkan atau mendefinisikan istilah-istilah yang rumit.    

3. Membangun Pemahaman
Pendidikan adalah tentang membantu peserta didik secara aktif mengubah informasi menjadi pengetahuan yang dapat digunakan. Ilmu kognitif menunjukkan bahwa proses ini melibatkan keterampilan seperti membuat hubungan, menyintesis informasi, dan mengintegrasikan ide-ide baru dengan pengetahuan yang sudah ada. Proses ini tidak pasif; peserta didik harus secara aktif terlibat dalam proses ini. Pembelajaran kolaboratif sangat penting, karena memungkinkan peserta didik membangun pengetahuan bersama, membawa berbagai perspektif yang memperdalam pemahaman. Penelitian menunjukkan bahwa lingkungan kolaboratif meningkatkan pembelajaran dan konstruksi pengetahuan. Karena peserta didik memiliki latar belakang dan pendekatan pembelajaran yang berbeda, pendidik harus merancang pelajaran dengan berbagai representasi dan dukungan untuk memastikan semua peserta didik dapat mengakses dan membangun pengetahuan secara efektif (CAST, 2024).

 

Prinsip 3: Design Multiple Means of Action and Expression (Rancangan Berbagai Sarana Aksi dan Ekspresi)

Peserta didik beragam dalam cara mereka menavigasi lingkungan belajar, berinteraksi dengan materi, dan menunjukkan pemahaman mereka.Penting untuk merancang pengalaman belajar yang mampu menyesuaikan dan menghormati metode-metode yang beragam ini. Misalnya, individu, termasuk mereka yang memiliki disabilitas, mengerjakan tugas dengan cara yang berbeda—beberapa mungkin lebih suka menulis daripada berbicara, atau sebaliknya. Mengenali bahwa demonstrasi yang efektif dari apa yang telah dipelajari mencakup strategi, latihan, dan pengorganisasian adalah hal yang penting, karena peserta didik juga akan mempunyai perbedaan dalam hal-hal tersebut. Oleh karena tidak ada satu metode aksi dan ekspresi yang sesuai untuk semua orang, maka menyediakan berbagai pilihan sangatlah penting.

  1. Interaksi:
    Buku teks cetak menawarkan cara yang terbatas untuk menavigasi atau berinteraksi secara fisik, seperti membalik halaman atau menulis di ruang yang tersedia. Pengaturan fisik kelas juga dapat terbatas, seperti lorong yang sempit, susunan tempat duduk yang tetap, dan papan tulis yang tidak bisa diubah posisinya. Keterbatasan ini bisa menjadi hambatan bagi beberapa peserta didik, terutama mereka yang memiliki disabilitas fisik, hambatan penglihatan, disgrafia, atau yang memerlukan dukungan dalam fungsi eksekutif. Oleh karena itu, penting untuk merancang baik materi maupun ruang fisik kelas yang dapat menghormati dan menyesuaikan dengan kebutuhan interaksi semua peserta didik. Materi kurikulum yang dirancang secara cermat harus memungkinkan setiap orang untuk mengekspresikan pengetahuan mereka (CAST, 2024).
  2. Ekspresi dan Komunikasi:
    Tidak ada satu metode ekspresi yang sama efektif untuk semua peserta didik atau semua jenis komunikasi. Bahkan, beberapa bentuk ekspresi mungkin tidak sesuai untuk jenis pembelajaran atau komunikasi tertentu. Oleh karena itu, penting untuk menyediakan berbagai mode ekspresi guna meminimalkan hambatan komunikasi dan membantu peserta didik menyampaikan pengetahuan, ide, dan konsep mereka secara efektif di dalam kelas.
  3. Pengembangan Strategi:
    Bagian penting dari pembelajaran adalah kemampuan untuk bertindak dengan keterampilan dan tujuan yang dimiliki, yang terkait dengan fungsi eksekutif. Salah satu aspek penting dari fungsi eksekutif adalah pengembangan strategi, yang melibatkan korteks prefrontal dan sistem yang terkait dengan emosi serta pengenalan. Keterhubungan ini memungkinkan seseorang untuk merespons dengan sengaja dalam jangka pendek serta merencanakan dan mencapai tujuan jangka panjang dengan strategi yang efektif. Hal ini mencakup pemantauan kemajuan dan penyesuaian strategi sesuai dengan kebutuhan, dan membantu peserta didik memanfaatkan sumber daya dan alat yang tersedia dengan sebaik-baiknya (CAST, 2024).

 

 

UDL telah terbukti bermanfaat bagi peserta didik dan pendidik. Meskipun ini merupakan kabar baik, namun bisa jadi sulit untuk menerapkan UDL secara efektif di lingkungan pembelajaran.

 

Apa saja manfaat menggunakan Universal Design for Learning?

Apa saja tantangan dalam menggunakan Universal Design for Learning?

Tabel di bawah ini menyajikan beberapa tantangan dalam menerapkan UDL, serta beberapa rekomendasi untuk mengatasi tantangan tersebut.

Meskipun terdapat tantangan dalam menerapkan UDL, tantangan tersebut dapat diatasi dengan strategi yang tepat. Dengan mengatasi kesenjangan pengetahuan, menyediakan sumber daya dan dukungan yang memadai, menyesuaikan kurikulum dan kebijakan, serta menumbuhkan sikap positif terhadap perubahan, lingkungan belajar dapat mengintegrasikan prinsip-prinsip UDL secara lebih efektif. Hal ini akan mengarah pada praktik pendidikan yang lebih inklusif dan efektif yang memenuhi berbagai kebutuhan semua peserta didik (Scott, 2018).

 

 

 

 

 

 

Kamis, 23 Maret 2023

PELATIHAN ABK HARI KE-2

 Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang mengalami keterbatasan/keluarbiasaan baik fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional yang berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya.



Identifikasi murapakan kegiatan paling awal untuk menemukenali peserta didik dengan hambatan tertentu. Proses ini termasuk salah satu upaya dalam mengenal atau menandai sesuatu, yang akan dimaknai sebagai proses penjaringan atau proses menemukan kasus. Proses penemuan kasus tersebut akan berakhir pada satu temuan tentang anak atau peserta didik dengan hambatan, kelainan dan masalah. Dapat diambil kesimpulan ini merupakan bagian dari proses deteksi dini terhadap anak berkebutuhan khusus. Menurut Swassing (1985), identifikasi mempunyai dua konsep yaitu konsep penyaringan (screening) dan identifikasi aktual (actual identification).

 Langkah identifikasi merupakan tahap awal yang akan menentukan layanan berikutnya yang akan diberikan pada peserta didik (asesmen, penyusunan planning matrix, penyusunan PPI dan RPP akomodatif).


Pengumpulan data bertujuan untuk memperoleh data mengenai karakteristik unik peserta didik. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan beberapa teknik seperti observasi (langsung dan tidak langsung), wawancara (orangtua, guru, peserta didik, dan lain-lain), dokumentasi (hasil belajar) atau pemberian instruksi/perintah secara langsung pada peserta didik.  Dalam proses pengumpulan data dilakukan pencatatan peristiwa-peristiwa atau hal-hal atau keterangan-keterangan juga karakteristik-karakteristik yang akan menunjang dan mendukung dalam membuat dugaan terkait jenis hambatan peserta didik.

 Planning matrix adalah mapping diskripsi tentang kondisi ABK secara individu yang menggambarkan tentang kondisi actual hambatan karakteristiknya, dampak, strategi layanan dan media yang diperlukan dalam intervensi. Deskripsi mapping karakteristik kebutuhan khusus tersebut selanjutnya disusun skala prioritas yang menggambarkan urutan urgensi masalah yang perlu segera ditangani. 

  1. Memetakan kondisi aktual akademik maupun kekhususan ABK berdasarkan hasil asesmen yang telah dilakukan. 
  2. Menganalisis dampak dari masing-masing aspek kondisi aktual ABK baik akademik maupun kekhususannya. 
  3.  Menganalisis strategi layanan yang tepat pada ABK sesuai dengan kondisi dan kebutuhan khusus ABK baik akademik maupun kekhususannya
Strategi Palning Matrix
  1. Mengkategorikan data hasil asesmen berdasarkan jenis hambatan/ kelaianan ABK. 
  2. Membuat tabel mapping ABK berdasarkan jenis hambatan/kelainannya sesuai dengan temuan asesmen. 
  3. Menuangkan temuan kondisi aktual karakteristik ABK pada tabel mapping yang telah dibuat. 
  4. Menganalisis dampak temuan kondisi aktual ABK dan dituang pada tabel yang telah dibuat. 
  5. Menganalisis strategi layanan pada setiap temuan kondisi aktual ABK dan dituangkan pada tabel yang telah dibuat. 
  6. Menganalisis skala prioritas layanan berdasarkan berat ringannnya dampak yang telah dituangkan pada tabel tersebut.
Seringkali guru dihadapkan pada adanya gap kemampuan peserta didik berkebutuhan khsusus (PDBK) dengan standar kompetensi atau indikator pencapaian pembelajaran yang ditetapkan pada kurikulum sekolah. Ketika PDBK mendapatkan target pembelajaran yang disamakan maka pembelajaran menjadi tidak efektif dikarenakan target tersebut bisa jadi terlalu tinggi bagi PDBK sehingga ia tidak mungkin mencapainya, atau terlau rendah sehingga PDBK tidak berkembang potensinya. PPI dapat menjadi acuan bagi guru untuk mengembangkan PDBK sesuai dengan potensi dan hambatannya, karena dengan PPI PDBK akan diberikan program pembelajaran dengan tujuan, indikator, materi, strategi dan juga media pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik unik setiap anak.

  • PPI merupakan sarana untuk memastikan bahwa PDBK mendapatkan program yang sesuai kebutuhan dan di evaluasi secara berkala (Bateman 2011)
  • PPI adalah adalah asumsi guru terhadap kemampuan yang mungin dapat dikuasai oleh PDBK dalam periode waktu tertentu melalui pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan belajar, potensi, hambatan, dan karakteristik unik PDBK
  • PPI adalah rencana guru untuk membelajarkan PDBK
  • PPI adalah rencana tertulis untuk penyediaan layanan bagi PDBK yang dikembangkan dan dilaksanakan dengan melibatkan orang tua, guru dan ahli dari interdisipliner yang didasarkan pada kondisi objektif anak (kebutuhan belajar, potensi, hambatan dan karakteristik unik PDBK) yang dirancang sehingga memungkinkan PDBK untuk berkembang optimal sesuai kapasitas dan potensinya.


PPI yang baik setidaknya memiliki karakteristik “SMART” yaitu:

  1. Specific, PPI harus memiliki tujuan dan indikator pembelajaran yang jelas dan tidak terlalu umum 

  2. Measurable, PPI harus dapat diukur ketercapaiannya, sehingga dalam menuliskan tujuan pembelajaran harus menggunakan bahasa operasional 

  3. Achievable, Setiap progam yang kita tulis di PPI haruslah sesuatu yang yakin dapat dicapai oleh PDBK sesuai dengan kondisi anak saat ini

  4. Relevant, PPI harus sesuai dengan kebutuhan siswa dan mengarah ke tujuan jangka panjang atau merupakan tahap selanjutnya dalam pengembangan bidang-bidang utama pada aspek kemandirian,  komunikasi, perilaku, atau keterampilan ademik fungsional.

  5. Time limited, PPI harus memiliki target waktu yang direncanakan untuk dapat dicapai PDBK dalam waktu yang relatif singkat, beberapa hari, minggu atau bulan. Target yang terlalu lama untuk dicapai dapat menyebabkan PDBK kehilangan motivasi dan menyerah.




Setelah kita melakukan rangkaian analisa maka pada tahapan terakhir ini keseluruhan IPK kemudian diintegrasikan dengan RPP kelas regular yang telah disusun sebelumnya. Proses integrasi ini dilakukan dengan memasukan IPK yang telah ditetapkan dari hasil analisis tujuan jangka pendek di dalam PPI. Proses ini dapat dilakukan melalui tahap berikut :

  1. Fokus modifikasi pada RPP mata pelajaran yang ditetapkan.
  2. Masukan IPK pada area komponen RPP.
  3. Sesuaikan bahasa IPK pada area komponen RPP.
  4. Periksa alur komponen RPP yang saling berhubungan

Bentuk RPP pada dasarnya bebas, sebagai referensi Ibu/Bapak dapat mencermati contoh komponen RPP yang dapat dicantumkan dalam RPP akomodatif:

  1. Menentukan satu orang peserta didik berkebutuhan khusus pada kelas/mata pelajaran yang diampu untuk dibuatkan RPP akomodatif. 
  2. Menuliskan identitas RPP 
  3. Menuliskan nama PDBK serta kemampuan awal (baseline) berdasar asesmen dan planning matrix 
  4. Merumuskan tujuan pembelajaran akomodatif 
  5. Menentukan KI dan KD yang akomodatif sesuai dengan hambatan dan kebutuhan PDBK 
  6. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) akomodatif  
  7. Menentukan materi pembelajaran akomodatif  
  8. Menetapkan metode pembelajaran akomodatif  
  9. Menentukan media pembelajaran akomodatif  
  10. Menentukan sumber belajar akomodatif  
  11. Menyusun tahapan/sintaks pembelajaran akomodatif  
  12. Merancang penilaian hasil pembelajaran akomodatif  

Gunakan panah kiri dan kanan untuk mengganti slide pada arah yang sesuai saat kanvas terpilih

Rabu, 26 Oktober 2022

Program Pembelajaran Individual

 Rangkuman Pelatihan Hari Ke-6

Program Pembelajaran Individual

Program Pembelajaran Individual (PPI) merupakan rencana pembelajaran yang dirancang untuk satu orang  peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK). PPI harus merupakan program yang dinamis artinya sensitif terhadap berbagai perubahan dan kemajuan peserta didik, dan disusun oleh sebuah tim yang paling tidak terdiri dari orang tua/wali murid, guru kelas, guru mata pelajaran, guru pendidikan khusus/PLB, dan peserta didik yang bersangkutan yang disusun secara  bersama-sama. Idealnya PPI tersebut disusun oleh  tim terdiri dari Kepala Sekolah, Komite Sekolah, Tenaga ahli dan Profesi terkait, orang tua/wali murid, guru kelas, guru mata pelajaran dan guru pendidikan khusus/PLB, serta peserta didik yang bersangkutan.


Alternatif Program Pelayanan

Para guru umum, pada umumnya tidak dipersiapkan untuk mengajar peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK), sehingga seringkali mengalami kesulitan ketika berhadapan dengan PDBK. Beberapa alternatif program pelayanan yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan peserta didik di antaranya adalah:

  1. Layanan pendidikan penuh,
  2. Layanan pendidikan yang dimodifikasi,
  3. Layanan pendidikan individualisasi .

Program Tambahan untuk PDBK

Program tambahan yang diperlukan (sesuai kebutuhan)

  1. Bimbingan keterampilan khusus sesuai hambatannya  dilaksanakan oleh guru kelas,
  2. Bimbingan keterampilan khusus sesuai hambatannya dilaksanakan oleh GPK (di kelas/di luar kelas),
  3. Bimbingan akademik di luar kelas (remedial teaching) oleh guru kelas/GPK/ lainnya. 
  4. Program pengayaan horisontal oleh guru kelas/ GPK
  5. Program percepatan belajar oleh guru kelas/bidang studi dengan SKS.
  6. Program pengembangan bakat istimewa/ keterampilan vokasional.
  7. Program intervensi dengan melibatkan profesi lain.

Merancang Kegiatan Pembelajaran untuk PDBK

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang kegiatan pembelajaran untuk PDBK pada sekolah penyelenggara pendidikan inklusif antara lain seperti di bawah ini.

  1. Menetapkan tujuan.
  2. Merencanakan pengelolaan kelas; termasuk mengatur lingkungan fisik dan sosial.
  3. Menetapakan dan pengorganisasian bahan/materi; topik apa yang ingin diajarkan kepada peserta didik.
  4. Merencanakan strategi pendekatan kegiatan pembelajaran; bagaimana bentuk kegiatannya, apakah peserta didik mendapat kesempatan untuk berperan aktif dalam pembelajaran.
  5. Merencanakan prosedur kegiatan pembelajaran; bagaimana bentuk dan urutan kegiatannya, apakah kegiatan itu sesuai untuk semua peserta didik, dan bagaimana peserta didik mencatat, mendokumentasikan, dan menampilkan hasil belajarnya.
  6. Merencanakan penggunaan sumber dan media belajar; sumber belajar mana yang akan digunakan, media apa yang sesuai dan tidak membahayakan peserta didik.
  7. Merencanakan penilaian; bagaimana cara peserta didik telah menyelesaikan tugasnya dalam suatu proses pembelajaran, dan apa bentuk tindak lanjut yang diinginkan.

Merencanakan Kegiatan Pembelajaran

Merencanakan kegitan pembelajaran dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif yaitu: 

  1. melaksanakan pembelajaran yang mengakomodasi kebutuhan semua peserta didik termasuk peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK),
  2. memiliki desain pembelajaran yang lebih peka dalam mempertimbangkan keragaman peserta didik agar pembelajarannya relevan dengan kemampuan dan kebutuhan peserta didik,
  3. melaksanakan asesmen sebelum pelaksanaan pembelajaran yaitu proses pengumpulan informasi tentang seorang peserta didik yang akan digunakan untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan peserta didik tersebut,
  4. memiliki rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), satuan pendidikan  memiliki  program pembelajaran individual (PPI) yang disusun sesuai dengan kebutuhan peserta didik,
  5. merancang atau menyusun bahan ajar yang disesuaikan dengan keberagaman peseta didik,
  6. mampu menggunakan berbagai pendekatan mengajar yang sesuai dengan kebutuhan semua peserta didik termasuk peserta didik  berkebutuhan khusus,
  7. menyediakan layanan program khusus bagi peserta didik yang mempunyai kebutuhan khusus, termasuk peserta didik yang berkesulitan belajar atau peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

Konsep Program Pembelajaran Individual

Program Pembelajaran Individual (PPI) adalah sebuah rencana pembelajaran yang didesain untuk memenuhi kebutuhan belajar anak (IDEA, Tahun 1990). PPI merupakan bukti keterlibatan orang tua dalam mengambil keputusan pendidikan bagi anak mereka (Strickland dan Turnbull 1993). PPI menjadi dokumen yang sangat penting karena tidak hanya bertujuan untuk memastikan bahwa setiap PDBK mendapatkan program yang sesuai dengan karakteristik unik mereka. Tetapi juga ketika guru dihadapkan pada orang tua yang memiliki ekspektasi yang tidak sesuai dengan kondisi anak, maka PPI dapat menjadi dokumen yang membantu guru dalam penyamaan persepsi bagi orang tua terhadap kemampuan anak saat ini dan target pembelajaran mereka. Secara sederhana PPI dapat diartikan:

  1. PPI merupakan sarana untuk memastikan bahwa PDBK mendapatkan program yang sesuai kebutuhan dan dievaluasi secara berkala (Bateman 2011)

  2. PPI adalah adalah asumsi guru terhadap kemampuan yang mungkin dapat dikuasai oleh PDBK dalam periode waktu tertentu melalui pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan belajar, potensi, hambatan, dan karakteristik unik PDBK.

  3. PPI adalah rencana guru untuk membelajarkan PDBK.

  4. PPI adalah rencana tertulis untuk penyediaan layanan bagi PDBK yangdikembangkan dan dilaksanakan dengan melibatkan orang tua, guru dan ahli dari interdisipliner yang didasarkan pada kondisi objektif anak (kebutuhan belajar, potensi, hambatan dan karakteristik unik PDBK) yang dirancang sehingga memungkinkan PDBK untuk berkembang optimal sesuai kapasitas dan potensinya.

Penyusunan Program Pembelajaran Individual

a. Prinsip-Prinsip PPI
  1. Berorientasi pada peserta didik
  2. Sesuai potensi dan kebutuhan anak
  3. Memperhatikan kecepatan belajar masing-masing
  4. Mengejar ketertinggalan dan mengoptimalkan kemampuan
b. Komponen PPI secara garis besar meliputi:
  1. Deskripsi singkat kemampuan peserta didik sekarang,
  2. Tujuan jangka panjang (umum) dan tujuan jangka pendek (khusus)
  3. Rincian layanan pendidikan khusus dan layanan lain yang terkait, termasuk seberapa besar peserta didik dapat berpartisipasi di kelas reguler
  4. Sasaran
  5. Metode
  6. Ketercapaian sasaran
  7. Evaluasi

c. Langkah-Langkah Penyusunan PPI

Pelajarilah hasil asesmen peserta didik yang meliputi kemajuan peserta didik, dan masalah kontekstual yang ada di lingkungan rumah, dan sekolah.

Pembelajaran Akomodatif


Pengertian akomodasi pembelajaran (Lerner & Kline, 2006) adalah penyesuaian dan modifikasi program pendidikan untuk memenuhi kebutuhan PDBK. Akomodasi dalam pembelajaran yang diperuntukkan untuk PDBK tetap mengacu pada dua prinsip pembelajaran. Jadi akomodasi dapat diartikan sebagai perubahan berupa penyesuaian dan modifikasi yang dibeikan untuk PDBK sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya.

Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Piaget (dalam Carpendale, Muller,& Bilbok, 2008: 799), berpendapat bahwa pengetahuan dibangun atas dua proses yakni scheme, proses asimilasi dan proses akomodasi. Akomodasi adalah proses dimana anak memperluas dan memodifikasi representasi-representasi mental mereka tentang dunia, pengalaman-pengalaman baru.

Sedangkan Kaufmann dan Hallahan (2006: 57) mengatakan tentang akomodasi, “... changes in the delivery of instruction, type of student performance, or method of assessment which do not significantly change the content or conceptual difficulty of the curriculum.” yang bermakna perubahan dalam metode mengajar, tugas untuk peserta didik, dan metode penilaian yang tidak merubah secara signifikan konten dan tujuan dalam kurikulum.

Kesiapan Guru untuk Membelajarkan PDBK

Berkenaan dengan kesiapan guru dalam membelajarkan PDBK, Kaufman dan Hallahan (2006: 19) memberikan poin-poin penting yang baik dilakukan oleh guru, yaitu: 

  1. Memaksimalkan akomodasi kebutuhan individu peserta didik
  2. Evaluasi kemampuan dan ketidakmampuan peserta didik
  3. Merujuk pada evaluasi
  4. Berpartisipasi dalam pertemuan dengan para ahli
  5. Berpartisipasi dalam perancangan program individu
  6. Menjalin komunikasi dengan orang tua atau wali
  7. Berkolaborasi dengan ahli profesional dalam memaksimalkan kemampuan peserta didik

Aspek yang Diakomodasi

Banyak aspek yang perlu diakomodasi dalam memenuhi kebutuhan PDBK seperti: 1) lingkungan belajar yang menyenangkan dapat meningkatkan motivasi belajar PDBK, dengan motivasi tinggi PDBK akan senang untuk belajar dan berusaha untuk memahami materi yang disampaikan, 2) materi yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan PDBK, 3)  penyampaian materi yang menarik perhatian peserta didik dengan membuat permainan atau kegiatan menyenangkan lainnya, 4) penyesuaian waktu pembelajaran dan pengerjaan tugas yang disesuaikan dengen kondisi PDBK.

Contoh Akomodasi bagi PDBK

Berikut adalah contoh akomodasi metode untuk PDBK dengan kondisi lamban belajar  menurut Swason  (dalam Pujaningsih,  2010):

  1. Bertahap, merupakan  suatu  proses  yang  dilakukan  dengan beberapa langkah atau urutan peningkatan

  2. Drill, meliputi pengulangan dan praktik.Pembelajaran  dalam  bentuk drill dilakukan  dengan  dilakukan pengulangaan setiap hari, pengulangan dalam latihan, dan pemberian pembahasan materi secara bertahap.

  3. Pembagian materi, materi  yang  diberikan  dalam  satu  pembelajaran  tidak  diberikan secara langsung di awal. Namun, dibagi menjadi beberapa bagian. Materi tersebut diberikan kepada peserta didik satu persatu sehingga dapat membantu peserta didik  untuk  memahami  sedikit  demi  sedikit,  pada  akhirnya  materi  itu disatukan dan digabungkan di akhir menjadi satu kesatuan.

  4. Pertanyaan dan jawaban langsung, adalah  saat  dimana  guru bertanya kepada peserta didik slow learner secara langsung dan peserta didik diminta untuk  menjawab  pertanyaan  tersebut  secara  langsung.  Pertanyaan langsung yang diberikan guru ke peserta didik dapat memfokuskan peserta didik untuk tetap  memperhatikan  materi  pelajaran.  Selain  itu,  guru  dapat mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik.

  5. Kontrol tingkat kesulitan, dapat dilakukan dengan memperhatikan tingkatan  pengetahuan.  Tingkat  kesulitan  dimulai  dari  tingkat  yang paling mudah, meningkat menuju tingkat yang lebih sulit.

  6. Penggunaan teknologi, guru  memberikan  pembelajaran  dengan    menggunakan  media pembelajaran yang ada dengan semaksimal mungkin. Sehingga, dalam pembelajaran  peserta didik  terbantu  dalam  menangkap  informasi  yang  ada. Teknologi  yang  dapat  digunakan  seperti  kalkulator,  komputer,  LCD, OHP, dan lain-lain.

  7. Pemberian contoh pemecahan masalah oleh guru, guru  memberikan  contoh  dan  langkah  dalam  pemecahan masalah.  Hal  ini  dapat  dilakukan  dengan  memberikan  variasi pembelajaran menggunakan berbagai pendekatan.

  8. Pembelajaran pada kelompok kecil, dapat  membantu  peserta didik  untuk lebih  memahami  pembelajaran.  Tutor  sebaya  dalam  kelompok  kecil dapat  saling  membantu  peserta didik untuk  memahami  informasi  dan memecahkan  masalah  yang  diberikan.  Pembentukan  kelompok memungkinkan  kerjasama  antar  peserta didik  dan  saling  membantu  ketika mengalami  kesulitan,  selain  itu  pengelompokkan  juga  mampu menigkatkan  partisipasi  peserta didik.

  9. Pemberian isyarat-isyarat tertentu, untuk  peserta didik  yang  memiliki  kebutuhan  khusus  dalam  segi  fisik, pemberian isyarat-isyarat tertentu menjadi suatu hal pokok yang tidak boleh dilupakan.


Akomodasi Evaluasi untuk PDBK

Guru  memberi  bantuan  saat  anak  mengajarkan  tugas  atau  guru  memberikan tugas soal dengan urutan tingkat kesulitan dari yang rendah ke tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Hal ini dilakukan secara bertahap. Pemberian tugas dengan peningkatan urutan tingkat kesulitan dapat menuntun peserta didik dalam membangun konsep yang matang. Dengan konsep yang matang diharapkan dapat mengupayakan peserta didik dapat berkembang sesuai dengan kemampuannya.

Alternatif dalam mengevaluasi PDBK dalam kelas reguler dapat dilakukan dengan cara berikut:
  1. Evaluasi sesuai dengan standar dan dengan cara yang sama dengan peserta didik lain.
  2. Evaluasi sesuai dengan standar namun disertai dengan akomodasi tertentu. 
  3. Evaluasi ini disesuaikan dengan kebutuhan spesifik anak.
  4. Evaluasi alternatif dengan standar kesulitan yang sama dengan peserta didik lain.
  5. Evaluasi alternatif dengan standar kesulitan yang disesuaikan dengan kemampuan anak.
Akomodasi dalam proses evaluasi dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu:
  1. Penyampaian soal, guru menyampaikan soal dengan mengulang intruksi, membacakan.
  2. Cara menjawab soal, misal: peserta didik tidak harus menuliskan jawaban namun ia dapat menandai jawaban sesuai di buku.
  3. Tempat, misal untuk peserta didik dengan perhatian terbatas, dapat mengikuti ulangan di ruangan terpisah yang agak sepi.
  4. Waktu, pemberian waktu yang lebih banyak dengan jeda untuk istirahat.

Kategori Akomodasi untuk PDBK

Thurlow (2005) mengemukakan akomodasi yang diberikan untuk PDBK dapat dikatagorikan menjadi :

  1. Akomodasi penyajian, termasuk pemberian huruf Braille, membaca keras, reading/re-reading/clarification of directions, dan sign interpretation.
  2. Sarana dan prasarana akomodasi seperti peralatan amplifikasi, audio-/video-kaset, kalkulator, dan peralatan lainnya.
  3. Akomodasi respon, termasuk penggunaan komputer, dokumen, pengecekpengucapan, dan penulisan di lembar tes.
  4. Perencanaan dan waktu akomodasi (termasuk perpanjangan waktu, pengulangan tes, tes pada waktu peserta didik mampu, dan penggunaan jam istirahat).
  5. Akomodasi lingkungan (termasuk administrasi individu, pembagian ruangan, administrasi kelompok kecil, dan administrasi rumah peserta didik).

Penilaian dan Hasil Belajar

Konsep Dasar Penilaian dan Wvaluasi

Pengukuran, penilaian dan evaluasi adalah tiga istilah dalam evaluasi pendidikan. Ketiga istilah memiliki signifikan khusus dalam konteks pendidikan, dan meskipun banyak orang cenderung menggunakan istilah tersebut secara bergantian, ada perbedaan jelas antara ketiganya. Dalam setiap evaluasi selalu melibatkan pengukuran dan penilaian.


Tujuan Penilaian

Berdasar Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2022 Tentang Standar Penilaian Pendidikan pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah disebutkan bahwa penilaian merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengetahui kebutuhan belajar dan capaian perkembangan atau hasil belajar peserta didik.

Penilaian hasil belajar peserta didik tersebut dilakukan sesuai dengan tujuan penilaian secara berkeadilan, objektif, dan edukatif. Yang dimaksud penilaian hasil belajar secara berkeadilan adalah penilaian yang tidak bias oleh latar belakang, identitas, atau kebutuhan khusus peserta didik. Penilaian hasil belajar secara objektif merupakan penilaian yang didasarkan pada informasi faktual atas pencapaian perkembangan atau hasil belajar peserta didik. Selanjutnya, penilaian hasil belajar secara edukatif merupakan penilaian yang hasilnya digunakan sebagai umpan balik bagi pendidik, peserta didik, dan orang tua untuk meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar.

Perumusan tujuan penilaian diharapkan memperhatikan keselarasan dengan tujuan pembelajaran yang merujuk pada kurikulum yang digunakan satuan pendidikan. Untuk pemilihan dan/atau pengembangan instrumen penilaian dilaksanakan oleh Pendidik dengan mempertimbangkan karakteristik kebutuhan peserta didik dan berdasarkan rencana penilaian yang termuat dalam perencanaan pembelajaran. Pelaksanaan penilaian sendiri dapat dilakukan sebelum, pada saat, dan/atau setelah pembelajaran. Sedangkan, untuk pengolahan hasil penilaiannya dilakukan dengan menganalisis secara kuantitatif dan/atau kualitatif terhadap data hasil pelaksanaan penilaian yang berupa angka dan/atau deskripsi.

Bentuk Penilaian

a.       Penilaian formatif

Dilaksanakan pada pendidikan anak usia dini, jenjang pendidikan dasar, dan jenjang pendidikan menengah. Bertujuan untuk memantau dan memperbaiki proses pembelajaran serta mengevaluasi pencapaian tujuan pembelajaran. Dilakukan dengan mengumpulkan informasi mengenai peserta didik yang mengalami hambatan atau kesulitan belajar dan perkembangan belajar peserta didik. Informasi tersebut digunakan sebagai umpan balik bagi peserta didik untuk mengembangkan kemampuan dalam memonitor proses dan kemajuan belajar sebagai bagian dari keterampilan belajar sepanjang hayat; dan bagi pendidik untuk merefleksikan dan meningkatkan efektivitas pembelajaran.

b.      Penilaian sumatif

dilaksanakan pada jenjang pendidikan dasar dan jenjang pendidikan menengah. Bertujuan untuk menilai pencapaian hasil belajar peserta didik sebagai dasar penentuan kenaikan kelas dan kelulusan dari satuan pendidikan. Penilaian pencapaian hasil belajar peserta didik tersebut dilakukan dengan membandingkan pencapaian hasil belajar peserta didik dengan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran.

 Pelaporan

Pelaporan hasil penilaian dituangkan dalam bentuk laporan kemajuan belajar. Laporan kemajuan belajar berupa laporan hasil belajar yang disusun berdasarkan pengolahan hasil penilaian. Laporan hasil belajar paling sedikit memuat informasi mengenai pencapaian hasil belajar peserta didik. Selain memuat informasi mengenai pencapaian hasil belajar peserta didik, laporan hasil belajar untuk pendidikan anak usia dini juga memuat informasi mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak. Laporan hasil belajar sebagaimana dimaksud dituangkan dalam rapor atau bentuk laporan hasil penilaian lainnya.

Teknik penilaian

  • Penilian sikap; Penilaian sikap dimaksudkan sebagai penilaian terhadap perilaku peserta didik dalam proses pembelajaran yang meliputi sikap spiritual dan sosial.

  • Penilaian unjuk kerja;  merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati  kegiatan peserta didik ketika melakukan sesuatu.

  • Penilaian secara tertulis; dilakukan dengan tes tertulis. Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan.

  • Penilaian projek; merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu.

  • Penilaian produk; adalah penilaian terhadap keterampilan dalam membuat suatu produk dan kualitas produk, serta proses pembuatan produk tersebut. 

  • Penilaian portofolio; merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu.

  • Penilaian diri (self assessment); adalah suatu teknik penilaian, di mana subjek yang ingin dinilai diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan, status,  proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu.

Bentuk Instrumen Penilaian Sikap dan Keterampilan


Instrumen Penilaian Sikap

Penilaian sikap dimaksudkan sebagai penilaian terhadap perilaku peserta didik dalam proses pembelajaran yang meliputi sikap spiritual dan sosial. Penilaian sikap memiliki karakteristik yang berbeda dari penilaian pengetahuan dan keterampilan sehingga teknik penilaian yang digunakan juga berbeda. Dalam hal ini, penilaian sikap lebih ditujukan untuk membina perilaku dalam rangka pembentukan karakter peserta didik.

  1. Sikap Spiritual Kompetensi sikap spiritual (KI-1) yang akan diamati adalah menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
  2. Sikap Sosial Kompetensi sikap sosial (KI-2) yang akan diamati mencakup perilaku antara lain: jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangga, dan negara. Berikut disajikan skema Penilaian Sikap.

Instrumen Penilaian Keterampilan

Unjuk kerja yang dapat diamati seperti: bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/deklamasi, menggunakan peralatan laboratorium, dan atau mengoperasikan suatu alat. Hasil penilaian praktik menggunakan rerata dan/atau nilai optimum.


Penilaian Portofolio

Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi perkembangan peserta didik tersebut dapat berupa karya peserta didik (hasil pekerjaan) dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didiknya, hasil tes (bukan nilai), piagam penghargaan atau bentuk informasi lain yang terkait dengan kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran.

Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik  dan terus  melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar peserta didik melalui karya peserta didik, antara lain: karangan, puisi, surat, komposisi, musik.


Penilaian Diri

Teknik penilaian diri dapat digunakan dalam berbagai aspek penilaian, yang berkaitan dengan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam proses pembelajaran di kelas, berkaitan dengan kompetensi kognitif, misalnya: peserta didik dapat diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dalam mata pelajaran tertentu, berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.

Berkaitan dengan kompetensi afektif, Selanjutnya, peserta didik diminta untuk melakukan penilaian berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.

Berkaitan dengan kompetensi psikomotorik,  peserta didik dapat diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya sebagai hasil belajar berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.

Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan dengan cara yang objektif. Oleh karena itu, penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut.

  1. Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai.
  2. Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.
  3. Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran, daftar tanda cek, atau skala rentang.
  4. Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri.
  5. Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk mendorong peserta didik supaya senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat dan objektif.
  6. Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berkebutuhan khusus

Bentuk Laporan Hasil Belajar bagi PDBK

Bentuk laporan hasil belajar PDBK mengikuti kriteria berikut:

  1. Bagi peserta didik yang menggunakan model kurikulum reguler penuh, maka model laporan hasil belajarnya (rapor) menggunakan model rapor reguler yang sedang berlaku.
  2. Bagi peserta didik yang menggunakan model kurikulum yang di modifikasi, maka model laporan hasil belajarnya (rapor) menggunakan rapor reguler yang dilengkapi dengan deskripsi (narasi) yang menggambarkan kualitas kemajuan belajarnya.
  3. Bagi peserta didik yang menggunakan kurikulum yang diindividualisasikan, maka menggunakan model rapor kuantitatif yang dilengkapi dengan deskripsi (narasi). Penilaian kuantitatif didasarkan pada kemampuan dasar (baseline).
  4. Model rapor pada pendidikan inklusif pada dasarnya sama dengan sekolah reguler di semua satuan pendidikan meliputi SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA, SMK, perbedaannya terletak pada jenis satuan pelajaran dan program khusus.