14 NOVEMBER
Universal Design for Learning (UDL)
adalah sebuah kerangka kerja pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan
pengajaran dan pembelajaran untuk semua peserta didik. Menariknya, konsep
Universal Design pada awalnya berasal dari arsitektur.
Jika kita berpikir tentang
bagaimana bangunan-bangunan dibangun secara tradisional, seperti yang ada di
gambar ini, akses dirancang untuk orang-orang tanpa hambatan fisik dan kemudian
peremajaan akomodasi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan individu dengan
hambatan fisik seperti pengguna kursi roda atau orangtua dengan kereta bayi.
Gambar di bawah ini memberikan
contoh di mana para perancang kota telah memikirkan berbagai pengguna
lingkungan ini dan telah merancang aksesibilitas untuk mengakomodasi semua
pengguna, termasuk orang-orang yang menggunakan kursi roda, pejalan kaki, orang
tua dengan kereta bayi, dan orang tua yang kesulitan menaiki tangga.
House of Disabled People's
Organisations di Kopenhagen, karya Cubo Arkitekter dianggap sebagai
gedung perkantoran 'paling aksesibel di dunia yang menggunakan
prinsip-prinsip Universal Design.
Cari tahu lebih lanjut dengan
mengunjungi website ini:
https://handicap.dk/about/the-worlds-most-accessible-house
Sekarang beralih ke
penerapannya dalam dunia pendidikan…
Universal Design for Learning (UDL)
adalah strategi proaktif yang mendesain lingkungan belajar sehingga ada banyak
cara bagi peserta didik untuk berinteraksi, berkontribusi, dan belajar (CAST,
2024).
Secara khusus, teknologi
diintegrasikan dan dijalin ke dalam kerangka kerja ini untuk mendukung
kebutuhan pembelajaran yang beragam.
UDL memiliki tiga prinsip utama
(CAST, 2024; InclusionEd, n.d.):
Prinsip 1: Design Multiple
Means of Engagement (Merancang Berbagai Sarana Keterlibatan)
Keterlibatan adalah jaringan
pembelajaran afektif atau emosional, yang melibatkan motivasi, usaha,
ketekunan, dan regulasi diri peserta didik. Prinsip ini menekankan pentingnya
merangsang minat dan motivasi untuk belajar dengan menyediakan berbagai cara untuk
melibatkan peserta didik. Penggunaan berbagai teknologi bantuan berteknologi
rendah dan berteknologi tinggi, jika memungkinkan, dapat membantu memaksimalkan
keterlibatan peserta didik.
Menghargai Minat dan Identitas
Untuk menarik minat dan mendukung identitas peserta didik, pendidik dapat
menawarkan pilihan yang sesuai dengan preferensi dan minat individu, serta
menjadikan pembelajaran lebih relevan dan bernilai. Strategi ini termasuk
menyediakan berbagai tingkat tantangan yang sesuai dengan keterampilan dan
minat peserta didik yang berbeda-beda, serta menciptakan aktivitas yang relevan
secara budaya dan kontekstual. Sebagai contoh, dalam pelajaran sains tentang
kerajaan (kingdom) hewan, peserta didik bisa diberikan kebebasan untuk memilih
hewan yang ingin mereka pelajari. Dalam pelajaran tentang reptil, misalnya,
peserta didik dapat memilih untuk belajar tentang buaya, ular, kadal, atau
kura-kura, tergantung pada minat mereka.
Usaha dan Ketekunan yang
Berkelanjutan
Usaha dan ketekunan yang berkelanjutan dapat diwujudkan dengan menetapkan
tujuan yang jelas, menyediakan tantangan yang sesuai, dan mendorong kolaborasi.
Teknik-teknik yang efektif termasuk:
Membagi tugas-tugas ke dalam
langkah-langkah yang lebih mudah dikerjakan
Memberikan umpan balik yang
menekankan pada upaya dan peningkatan
Menerapkan strategi pembelajaran
kooperatif untuk membangun dukungan komunitas dan antar peserta didik. Sebagai
contoh, daripada meminta peserta didik bekerja secara individu, aktivitas
pembelajaran kelompok dapat mendorong kolaborasi dan tanggung jawab bersama.
Membangun Kapasitas Emosional
Untuk membangun kapasitas emosional, pendidik perlu membantu peserta didik
mengembangkan keterampilan untuk mengelola proses pembelajaran mereka sendiri.
Hal Ini bisa dilakukan dengan menyediakan model, petunjuk, dan dukungan untuk
mengelola frustasi, meminta bantuan ketika diperlukan, dan merefleksikan
kemajuan masing-masing individu. Mendorong penilaian diri sendiri dan refleksi
membantu peserta didik memantau keterlibatan mereka. Sebagai contoh, setelah
menyelesaikan suatu tugas, peserta didik dapat merefleksikan proses
pembelajaran mereka dengan menulis, menggambar, atau berbagi pemikiran mereka.
Pertanyaan seperti "Apa yang kamu sukai dari tugas ini?", "Jika
kamu bisa mengulang tugas ini, apa yang akan kamu ubah?", "Apa yang
bisa kamu lakukan dengan lebih baik?", dan "Apa yang kamu pelajari
dari tugas ini?" dapat membantu mereka dalam melakukan refleksi.
Beberapa strategi pengajaran yang disebutkan di atas akan dipresentasikan dalam
Modul 3 dalam pelatihan ini.
Prinsip
2: Design Multiple Means of Representation (Merancang Berbagai Sarana
Representasi)
Representasi mencakup pengenalan pembelajaran, yang
berfokus pada bagaimana peserta didik mengumpulkan dan memproses informasi. Prinsip
ini menekankan pentingnya menyajikan informasi dan konten dengan cara yang
berbeda dengan memanfaatkan semua sarana teknologi yang tersedia untuk
mengakomodasi beragam peserta didik.
1. Persepsi
Informasi harus dapat diakses melalui berbagai modalitas indera. Misalnya,
menyediakan konten dalam format visual dan pendengaran dapat membantu peserta
didik yang mengalami kesulitan dengan salah satu moda. Sebagai contoh, hal ini
dapat berupa menawarkan materi berbasis teks beserta deskripsi audio atau
menggunakan teks untuk konten video.
2. Bahasa dan Simbol
Memperjelas dan menyederhanakan bahasa dan simbol membantu memastikan semua
peserta didik memahami materi. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan
simbol, grafik, dan multimedia untuk menyajikan informasi, serta menawarkan
glosarium dan alat bantu yang dapat menerjemahkan atau mendefinisikan
istilah-istilah yang rumit.
3. Membangun Pemahaman
Pendidikan adalah tentang membantu peserta didik secara aktif mengubah
informasi menjadi pengetahuan yang dapat digunakan. Ilmu kognitif menunjukkan
bahwa proses ini melibatkan keterampilan seperti membuat hubungan, menyintesis
informasi, dan mengintegrasikan ide-ide baru dengan pengetahuan yang sudah ada.
Proses ini tidak pasif; peserta didik harus secara aktif terlibat dalam proses
ini. Pembelajaran kolaboratif sangat penting, karena memungkinkan peserta didik
membangun pengetahuan bersama, membawa berbagai perspektif yang memperdalam
pemahaman. Penelitian menunjukkan bahwa lingkungan kolaboratif meningkatkan
pembelajaran dan konstruksi pengetahuan. Karena peserta didik memiliki latar
belakang dan pendekatan pembelajaran yang berbeda, pendidik harus merancang
pelajaran dengan berbagai representasi dan dukungan untuk memastikan semua
peserta didik dapat mengakses dan membangun pengetahuan secara efektif (CAST,
2024).
Prinsip 3: Design Multiple Means of Action and Expression
(Rancangan Berbagai Sarana Aksi dan Ekspresi)
Peserta didik beragam dalam cara mereka menavigasi
lingkungan belajar, berinteraksi dengan materi, dan menunjukkan pemahaman
mereka.Penting untuk merancang pengalaman belajar yang mampu menyesuaikan dan
menghormati metode-metode yang beragam ini. Misalnya, individu, termasuk mereka
yang memiliki disabilitas, mengerjakan tugas dengan cara yang berbeda—beberapa
mungkin lebih suka menulis daripada berbicara, atau sebaliknya. Mengenali bahwa
demonstrasi yang efektif dari apa yang telah dipelajari mencakup strategi,
latihan, dan pengorganisasian adalah hal yang penting, karena peserta didik
juga akan mempunyai perbedaan dalam hal-hal tersebut. Oleh karena tidak ada
satu metode aksi dan ekspresi yang sesuai untuk semua orang, maka menyediakan
berbagai pilihan sangatlah penting.
- Interaksi:
Buku teks cetak menawarkan cara yang terbatas untuk menavigasi atau berinteraksi secara fisik, seperti membalik halaman atau menulis di ruang yang tersedia. Pengaturan fisik kelas juga dapat terbatas, seperti lorong yang sempit, susunan tempat duduk yang tetap, dan papan tulis yang tidak bisa diubah posisinya. Keterbatasan ini bisa menjadi hambatan bagi beberapa peserta didik, terutama mereka yang memiliki disabilitas fisik, hambatan penglihatan, disgrafia, atau yang memerlukan dukungan dalam fungsi eksekutif. Oleh karena itu, penting untuk merancang baik materi maupun ruang fisik kelas yang dapat menghormati dan menyesuaikan dengan kebutuhan interaksi semua peserta didik. Materi kurikulum yang dirancang secara cermat harus memungkinkan setiap orang untuk mengekspresikan pengetahuan mereka (CAST, 2024). - Ekspresi
dan Komunikasi:
Tidak ada satu metode ekspresi yang sama efektif untuk semua peserta didik atau semua jenis komunikasi. Bahkan, beberapa bentuk ekspresi mungkin tidak sesuai untuk jenis pembelajaran atau komunikasi tertentu. Oleh karena itu, penting untuk menyediakan berbagai mode ekspresi guna meminimalkan hambatan komunikasi dan membantu peserta didik menyampaikan pengetahuan, ide, dan konsep mereka secara efektif di dalam kelas. - Pengembangan
Strategi:
Bagian penting dari pembelajaran adalah kemampuan untuk bertindak dengan keterampilan dan tujuan yang dimiliki, yang terkait dengan fungsi eksekutif. Salah satu aspek penting dari fungsi eksekutif adalah pengembangan strategi, yang melibatkan korteks prefrontal dan sistem yang terkait dengan emosi serta pengenalan. Keterhubungan ini memungkinkan seseorang untuk merespons dengan sengaja dalam jangka pendek serta merencanakan dan mencapai tujuan jangka panjang dengan strategi yang efektif. Hal ini mencakup pemantauan kemajuan dan penyesuaian strategi sesuai dengan kebutuhan, dan membantu peserta didik memanfaatkan sumber daya dan alat yang tersedia dengan sebaik-baiknya (CAST, 2024).
UDL telah terbukti bermanfaat bagi peserta didik dan
pendidik. Meskipun ini merupakan kabar baik, namun bisa jadi sulit untuk
menerapkan UDL secara efektif di lingkungan pembelajaran.
Apa saja manfaat menggunakan Universal Design for
Learning?
Apa saja tantangan dalam menggunakan Universal Design for
Learning?
Tabel di bawah ini menyajikan beberapa tantangan dalam
menerapkan UDL, serta beberapa rekomendasi untuk mengatasi tantangan tersebut.
Meskipun terdapat tantangan dalam menerapkan UDL, tantangan
tersebut dapat diatasi dengan strategi yang tepat. Dengan mengatasi kesenjangan
pengetahuan, menyediakan sumber daya dan dukungan yang memadai, menyesuaikan
kurikulum dan kebijakan, serta menumbuhkan sikap positif terhadap perubahan,
lingkungan belajar dapat mengintegrasikan prinsip-prinsip UDL secara lebih
efektif. Hal ini akan mengarah pada praktik pendidikan yang lebih inklusif dan
efektif yang memenuhi berbagai kebutuhan semua peserta didik (Scott, 2018).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar